Roman Yang Terpotong

“aku punya aturan sederhana. Aku takkan mencarimu, namun jika dirimu membutuhkanku, datanglah”, jawabnya singkat.

“entah mengapa terasa aneh. Akankah itu membuatmu bahagia?”, jawabku ragu.

“Jika kau bilang bahwa dirimu akan baik-baik saja setelah ini, aku akan berhenti meratap”, katanya kemudian.

“Jika engkau berjanji akan baik-baik saja setelah ini, maka aku akan baik-baik saja”, jawabku.

“Jika itu akan membuatmu baik-baik saja, maka akan kulakukan”

“Aku akan baik-baik saja, jika aku tahu dirimu baik-baik saja. Be good for me, okay? Jadi ini resolusi kisahnya?”, tanyaku kemudian.

“Iya. Au Revoir”, jawabnya singkat.

“Semoga ada sekuelnya, martil yang bisa menghancurkan tembok kaca ini, dirimu yang membawanya. Hasta La Vista”, kalimatku mengakhiri pagi itu.

Kisah ini berakhir prematur, entah untuk disambung lagi nanti, atau tidak. Jika dia akhirnya membawa martil itu dan pergi menjauh, untuk seterusnya, maka kisah ini hanya akan sampai di sini, dan setelahnya hanya akan ada daftar pustaka, tanpa epilog. Namun jika dia akhirnya membawakan martil itu, aq yakin akan ada banyak kisah indah yang mengisi halaman-halaman setelahnya.

3 responses to “Roman Yang Terpotong

  1. jam komen kita bagus lho put,,
    10.10 dan 11.11

    tapi kayaknya jamnya ga valid..

Leave a comment